9 Juni 2011

Ladang Baru Cyber Crime: Jejaring Sosial!

Saat ini, mengupdate status atau memajang foto di situs-situs jejaring sosial bagi kebanyakan kita nyaris menjadi kebiasaan. Popularitas smartphone dan perangkat bergerak telah membuat berbagi informasi mengenai lokasi, pemikiran, dan pengalaman kita secara instan dengan rekan dan keluarga begitu mudah dan banyak orang Indonesia suka menggunakan jejaring sosial.

Namun, banyak di antara kita yang tidak sadar bahwa ketika kita mengupdate halaman jejaring sosial kita, sebenarnya kita sedang memberi informasi yang dibutuhkan oleh para penjahat untuk melakukan serangan yang ditujukan khusus kepada kita!

Dengan melihat informasi kita yang terbuka, para penjahat cyber dapat mempelajari minat kita, mendapatkan kepercayaan kita, dan menjadikan kita dan/atau teman-teman kita sebagai target dengan tujuan untuk menipu. Tak ada lagi alamat e-mail yang tak dikenal, tata bahasa yang buruk, dan tautan-tautan yang terlihat mencurigakan.

Internet Security Threat Report Volume 16 terbaru dari Symantec mengungkapkan berkembangnya kecanggihan dari sifat serangan-serangan yang memanfaatkan situs-situs jejaring sosial. Para penjahat cyber sadar bahwa ada banyak data yang bisa dituai dan mereka menggunakan segala cara untuk mendapatkan informasi rahasia tersebut.

Akan tetapi, bukan hanya jejaring sosial yang dipakai para penjahat cyber untuk membidik konsumer. Dengan menjamurnya perangkat bergerak, seperti halnya Anda para penjahat cyber juga menjadi sangat mudah berpindah-pindah. Pada 2010, Norton mendokumentasikan 163 kerentanan pada perangkat bergerak; naik 42 persen dari 2009.
Saat ini, kebanyakan ancaman pada perangkat bergerak dirancang untuk tampil seakan-akan merupakan aplikasi resmi. Aplikasi-aplikasi ini diunggah ke marketplaces aplikasi layanan bergerak di mana para pengguna secara tidak sadar mengunduh dan menginstalnya, sehingga membuka smartphonenya ke jenis-jenis ancaman yang selama puluhan tahun telah kita saksikan di PC.

Dengan semakin banyak pengguna mengunduh dan menginstal aplikasi pihak ketiga untuk perangkat bergerak, semakin tinggi kemungkinan ia menginstal aplikasi jahat. Di Indonesia terdapat lebih dari 200 juta pelanggan telepon bergerak, begitu menurut Indonesia Infocomm Society (MASTEL).

Dengan program jahat yang sekarang dirancang untuk menghasilkan pendapatan, kita akan melihat semakin banyak ancaman yang diciptakan untuk perangkat-perangkat tersebut; khususnya karena orang makin banyak menggunakan perangkat tersebut untuk transaksi-transaksi penting seperti belanja dan perbankan online.

Para penjahat cyber juga tak berhenti memanfaatkan peristiwa-peristiwa besar di lokasi setempat dan di seluruh dunia. Peristiwa baru-baru ini yang sukses dimanfaatkan oleh para penjahat cyber antara lain adalah pernikahan kerajaan Pangeran William dan Kate Middleton, dan kematian Osama Bin Laden.

Internet Security Threat Report Volume 16 juga mengungkap bahwa Indonesia berada di urutan 11 dunia dalam penyebaran program jahat. Ini bisa membawa dampak yang membahayakan – laporan itu menyebutkan bahwa rata-rata, 260 ribu identitas terungkap untuk setiap kebocoran data pada 2010. Seiring dengan semakin berkembangnya para penjahat cyber, identitas kita akan menjadi kian murah harganya, kami menemukan bahwa informasi kartu kredit di pasar gelap online yang diiklankan hanya Rp950!

Sayangnya, bahaya online terus meningkat jumlahnya. Symantec mendeteksi 286 juta ancaman baru pada 2010, yang berarti sembilan ancaman baru, setiap detik dalam seharinya selama setahun.

*)  Effendy Ibrahim, Internet Safety Advocate & Director, Asia, Consumer Business, Symantec
(tyo)

0 Komentar: